
Halmahera Selatan — Pasar Desa Walo, yang terletak di Kecamatan Makian, Kabupaten Halmahera Selatan, kini mengalami kemunduran drastis setelah pernah mengalami masa kejayaan sebagai pusat kegiatan ekonomi di Pulau Makian. Dulu dikenal sebagai pasar paling ramai pada era 1975 hingga akhir 1990-an, kini pasar tersebut nyaris tak berfungsi optimal. Penyebab utama kemunduran ini adalah keterbatasan akses transportasi yang membuat pasar sulit dijangkau baik oleh penjual maupun pembeli.
Pada masa kejayaannya, Pasar Walo dikenal sebagai titik sentral perdagangan, bukan hanya bagi masyarakat Desa Walo, tetapi juga bagi warga dari desa-desa tetangga. Saat itu, transportasi laut menjadi tulang punggung mobilitas barang dan orang. Perahu motor dan kapal kayu tradisional silih berganti merapat di dermaga, membawa hasil bumi dan laut untuk dijual, serta barang kebutuhan pokok dari luar untuk disebarkan ke pelosok Makian.
Namun, seiring berjalannya waktu dan pergeseran infrastruktur, transportasi laut mulai tergantikan oleh transportasi darat. Sayangnya, akses jalan menuju Desa Walo tidak berkembang sepesat kebutuhan ekonomi masyarakat. Kondisi jalan yang terbatas, kendaraan umum yang jarang, serta belum adanya dukungan moda transportasi terintegrasi menyebabkan pasar ini semakin terpinggirkan.
“Dulu setiap hari Sabtu, pasar ini penuh dengan pedagang dan pembeli dari berbagai desa. Tapi sekarang, karena sulitnya transportasi, banyak penjual tidak datang lagi. Akhirnya pasar jadi sepi,” ujar Ibu Halima, warga Desa Walo yang masih setia membuka lapak meski dengan pengunjung yang minim.
Hal senada disampaikan oleh Kepala Desa Walo, yang mengakui bahwa kondisi pasar saat ini sangat memprihatinkan. Menurutnya, diperlukan intervensi dari pemerintah daerah maupun provinsi untuk memperbaiki akses jalan dan mencarikan solusi transportasi, baik darat maupun laut, demi menghidupkan kembali denyut ekonomi di Desa Walo.
“Pasar adalah jantung ekonomi desa. Kalau pasar mati, maka kegiatan ekonomi masyarakat ikut melemah. Kami berharap ada perhatian serius agar pasar ini kembali hidup seperti dulu,” tegas sang kepala desa.
Kondisi ini menjadi ironi, mengingat keberadaan pasar desa merupakan bagian penting dalam memperkuat ekonomi lokal dan memberdayakan masyarakat di tingkat akar rumput. Tanpa aksesibilitas yang memadai, potensi lokal yang selama ini menopang kehidupan warga bisa tenggelam begitu saja.
Pemerintah daerah diharapkan segera melakukan kajian lapangan dan menindaklanjuti kondisi ini dengan program revitalisasi pasar dan pembangunan transportasi pendukung. Sebab, keberlanjutan ekonomi desa tidak dapat terlepas dari fungsi pasar sebagai ruang bertemunya produsen dan konsumen.
Kini, harapan masyarakat Desa Walo tertumpu pada perhatian pemerintah dan kebijakan pembangunan yang lebih merata. Menghidupkan kembali Pasar Desa Walo bukan hanya tentang ekonomi, tapi juga tentang merawat sejarah dan menjaga identitas sosial masyarakat Makian.
—
Reporter: [Mitu]
Editor: [Win]