Juli 18, 2025
IMG-20250718-WA0042

Pulau Makian, Halmahera Selatan — Di ufuk timur, mentari menyapa dengan lembut, memantulkan cahaya keemasan di atas laut tenang yang mengelilingi Pulau Makian. Pulau kecil yang tenang namun penuh pesona ini, berdiri kokoh bagaikan permata yang dijaga oleh laut dan langit.

Makian bukan sekadar daratan yang dikelilingi air asin, tetapi tanah yang ditumbuhi sejarah, budaya, dan cinta dari mereka yang menyebutnya rumah. Di setiap jengkalnya, ada cerita yang terukir dalam senyum anak-anak yang berlari di pantai, dalam sapa hangat ibu-ibu di pasar, dan dalam langkah kaki para nelayan yang setia menantang samudera demi harapan.

Gunung Kie Besi yang menjulang megah tak hanya menjadi simbol kekuatan alam, tetapi juga penjaga abadi yang memeluk pulau ini dengan kasih. Di lerengnya tumbuh tanaman cengkih dan pala, sumber kehidupan bagi banyak warga, dan saksi bisu atas kerja keras yang diwariskan turun-temurun.

Desa demi desa di Pulau Makian menyimpan kearifan lokal yang tak lekang oleh zaman. Di Rambut Dayio, teknik menangkap ikan dengan “hol” masih lestari, membuktikan bahwa tradisi bukanlah beban masa lalu, melainkan warisan yang memuliakan masa depan. Di desa lainnya, nyanyian dan tari-tarian rakyat masih menghidupkan malam, memberi nyawa pada budaya yang terus berdenyut.

Pulau Makian adalah lukisan alam yang hidup — di mana langit berwarna biru muda berpadu sempurna dengan hijaunya pepohonan dan jernihnya laut. Udara di sini bukan hanya segar, tapi penuh doa dan harapan dari para petani, guru, dan generasi muda yang mencintai tanah kelahiran mereka.

Kini, di tengah semangat pembangunan dan modernisasi, Makian tak ingin kehilangan jati dirinya. Pemerintah kecamatan, tokoh adat, dan masyarakat bersatu padu menjaga agar pembangunan tidak merampas keaslian. Sekolah-sekolah dirawat, jalan-jalan diperbaiki, dan pelayanan publik terus ditingkatkan — semua demi masa depan Makian yang gemilang.

Pulau Makian bukan hanya tempat lahir dan tumbuh, tapi juga tempat kembali. Ia mengajarkan kita untuk mencintai yang sederhana, menjaga yang luhur, dan menghargai setiap tetes keringat yang menumbuhkan kehidupan.

Di hati kami, Pulau Makian bukan sekadar pulau. Ia adalah rumah, ibu, dan tanah suci yang akan selalu kami jaga, kami banggakan, dan kami cintai… selamanya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *