Juli 18, 2025
IMG-20250717-WA0120

Pulau Makian, Halmahera Selatan — Di tengah pesatnya kemajuan teknologi dan modernisasi peralatan nelayan, seorang warga Desa Rambut Dayio, Kecamatan Pulau Makian, Kabupaten Halmahera Selatan, bernama Abjan Hamdan, justru tetap setia mempertahankan warisan leluhur berupa teknik tradisional menangkap ikan yang disebut “Hol.”

Hol adalah alat tangkap sederhana yang dirancang dari bahan lokal berupa jaring dan penyangga kayu, lalu dipasang di tempat-tempat strategis seperti aliran air di bawah jembatan atau muara sungai kecil yang sering dilalui ikan saat air pasang. Tidak memerlukan perahu besar atau bahan bakar, hol cukup diletakkan secara manual dan menunggu hasil tangkapan datang bersama arus air laut.

Keahlian ini telah ditekuni Abjan Hamdan sejak bertahun-tahun silam dan kini menjadi sumber penghidupan utama bagi dirinya dan keluarganya. Menariknya, hasil tangkapannya tidak hanya mencukupi kebutuhan pribadi, tetapi juga menjadi sumber ikan segar bagi masyarakat Desa Rambut Dayio dan warga desa-desa di sekitarnya.

“Hanya dengan modal jaring dan bambu, saya bisa tangkap ikan tiap hari. Kadang bisa dua atau tiga ember ikan kakap, mujair laut, dan ikan campur. Hasilnya langsung saya jual ke warga. Mereka senang karena tidak perlu beli mahal dari luar pulau,” ujar Abjan kepada tim media ini saat ditemui di lokasi hol-nya, Kamis (17/7/2025).

Ikan-ikan segar hasil hol ini dijual langsung ke warga dengan harga terjangkau, jauh lebih murah dibandingkan dengan harga ikan dari kapal besar atau dari luar daerah. Kualitas ikannya pun lebih segar, karena langsung dari laut dan tidak melalui proses pendinginan lama.

Di musim-musim tertentu, khususnya saat cuaca buruk dan gelombang tinggi yang membuat kapal pengangkut ikan sulit datang, kehadiran hol milik Abjan menjadi penyelamat bagi kebutuhan pangan warga. Warga bahkan menjuluki teknik tangkap ini sebagai “ikan darurat”, karena menjadi satu-satunya harapan saat stok pasar kosong.

Selain itu, teknik ini juga dinilai ramah lingkungan dan berkelanjutan, karena tidak merusak ekosistem laut serta hanya menangkap ikan sesuai kebutuhan.

Warga berharap agar pemerintah kecamatan, dinas perikanan, maupun instansi terkait dapat memberikan perhatian lebih kepada praktik tangkap tradisional ini, baik dalam bentuk pelatihan, bantuan alat, maupun promosi produk lokal berbasis kearifan tradisional.

Di tengah perubahan iklim, kelangkaan ikan, dan mahalnya kebutuhan hidup, keberadaan teknik seperti hol membuktikan bahwa kearifan lokal bukan hanya cerita masa lalu, tetapi solusi nyata hari ini dan masa depan. Red

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *